Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini
Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini

Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini

Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini
Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini

Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini Menjadi Malang Akibat Operasi Yang Kemarin Sedang Di Jalankan. Halo semua pembaca yang budiman! Siapakah di antara kita yang tidak pernah bermimpi bangun tidur. Dan juga tiba-tiba fasih berbahasa asing tanpa perlu kursus? Terlebih kedengarannya seperti keajaiban atau skenario film fiksi ilmiah, bukan? Namun, kisah yang akan kita bahas kali ini justru adalah kenyataan pahit bagi seorang remaja di Belanda. Judul “Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini”. Serta juga yang merangkum sebuah kasus medis yang benar-benar langka. Kemudian juga membingungkan dunia kedokteran. Setelah menjalani sebuah prosedur operasi, bukannya pulih seperti sedia kala. Dan remaja ini justru mengalami perubahan bahasa yang drastis. Bagaimana otak bisa “memilih” bahasa lain setelah trauma medis? Mari kita selami lebih dalam kisah unik yang mengharukan sekaligus menakjubkan dari negeri kincir angin ini!

Mengenai ulasan tentang Kehilangan Belanda, dapat bahasa asing: nasib remaja ini telah di lansir sebelumnya oleh kompas.com.

Remaja 17 Tahun Menjalani Operasi Lutut Akibat Cedera Sepak Bola

Hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan kesehatan selain cedera lutut yang di alaminya saat bermain sepak bola. Dan cedera tersebut terjadi akibat benturan keras di area lutut. Serta yang mengharuskannya menjalani tindakan operasi. Gunanya untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Prosedur pembedahan dilakukan dengan anestesi total. Dan juga berjalan lancar tanpa komplikasi berarti. Secara medis, operasi lutut semacam ini biasanya tidak berkaitan langsung dengan fungsi otak atau kemampuan berbahasa seseorang. Karena hanya berfokus pada struktur tulang dan ligamen di bagian bawah tubuh. Namun, setelah efek bius mulai hilang dan pasien sadar. Maka tim medis terkejut karena remaja tersebut tidak lagi berbicara dalam bahasa Belanda. Serta bahasa yang ia gunakan sehari-hari. Sebaliknya, ia justru berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dan masih fasih. Maka seolah-olah bahasa itu merupakan bahasa ibunya.

Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini Yang Unik

Kemudian juga masih membahas Kehilangan Belanda, Dapat Bahasa Asing: Nasib Remaja Ini Yang Unik. Dan fakta lainnya adalah:

Dalam Kasus Ini Tidak Di Temukan Kerusakan Otak

Dalam kasus unik ini setelah menjalani operasi lutut. Dan pemeriksaan medis menunjukkan hasil yang mengejutkan. Karena tidak di temukan adanya kerusakan otak sama sekali. Temuan ini menjadi salah satu aspek paling menarik dari kasus tersebut. Dan perubahan kemampuan bahasa biasanya erat kaitannya dengan gangguan atau luka pada bagian tertentu di otak. Terutama di area Broca dan Wernicke yang mengatur produksi serta pemahaman bahasa. Setelah operasi selesai dan pasien menunjukkan perilaku tidak biasa. Terlebihnya yakni berbicara fasih dalam bahasa Inggris namun kehilangan kemampuan berbahasa Belanda. Maka tim dokter segera melakukan serangkaian pemeriksaan neurologis. Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah kondisi tersebut di sebabkan oleh stroke, perdarahan otak, cedera saraf pusat. Atau gangguan pada fungsi otak sementara akibat anestesi. Namun hasil pemeriksaan fisik, refleks saraf.

Kemudian juga dengan respons kognitif menunjukkan bahwa fungsi otaknya dalam kondisi normal dan stabil. Bahkan setelah dilakukan observasi lanjutan, tidak ada tanda-tanda yang mengarah pada kerusakan jaringan otak, peradangan. Maupun aktivitas listrik abnormal yang biasanya muncul pada pasien dengan gangguan neurologis. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa fenomena hilangnya kemampuan berbahasa ibu. Sementara ini bukanlah akibat cedera struktural. Namun melainkan di sebabkan oleh gangguan fungsional sementara pada sistem saraf pusat. Para ahli menyimpulkan bahwa remaja ini kemungkinan mengalami bentuk langka dari Foreign Language Syndrome (FLS). Serta kondisi di mana seseorang secara tiba-tiba menggunakan bahasa asing yang pernah di pelajari. Sementara bahasa utamanya tidak dapat di akses untuk sementara waktu. Karena tidak ada kerusakan fisik pada otak. Dan para dokter menduga bahwa fenomena ini bisa muncul akibat respon otak terhadap stres, efek obat bius.

Usai Operasi, Anak Belanda Mendadak Fasih Bahasa Luar

Selain itu, masih membahas Usai Operasi, Anak Belanda Mendadak Fasih Bahasa Luar. Dan fakta lainnya adalah:

Pemulihan Dilakukan Secara Spontan

Hal ini adalah bagaimana pemulihannya terjadi secara spontan, tanpa intervensi medis atau terapi khusus apa pun. Setelah operasi lutut yang berjalan sukses, remaja tersebut mengalami kondisi aneh. Dan ia hanya mampu berbicara bahasa Inggris. Padahal bahasa ibunya adalah Belanda. Meski dokter awalnya menduga adanya gangguan neurologis. Serta hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa otaknya berada dalam kondisi normal. Selama hampir 18 jam setelah operasi, ia hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Dan tidak memahami percakapan dalam bahasa Belanda. Namun, tanpa adanya perawatan khusus, kemampuan memahami bahasa Belanda mulai kembali perlahan. Beberapa jam kemudian, kemampuan berbicaranya pun ikut pulih. Terlebih hingga akhirnya keesokan harinya ia dapat berbicara normal seperti sebelumnya. Semua itu terjadi tanpa pemberian obat, terapi wicara, atau stimulasi saraf. Kemudian menandakan bahwa proses pemulihan berjalan secara alami melalui mekanisme otak sendiri.

Secara medis, fenomena ini di kenal sebagai pemulihan spontan neurologis. Tentunya di mana otak secara bertahap menormalkan kembali fungsi yang sempat terganggu tanpa intervensi luar. Dalam konteks kasus ini, para ahli menduga bahwa bagian otak yang mengatur bahasa sempat mengalami gangguan. Sementara dalam koneksi saraf, kemungkinan akibat efek anestesi. Dan juga tekanan psikologis pasca operasi, atau reaksi fisiologis terhadap stres. Ketika pengaruh faktor-faktor tersebut menghilang. Serta otak otomatis mengembalikan akses terhadap bahasa ibu yang sempat “terkunci.” Pemulihan spontan juga menunjukkan bahwa tidak ada kerusakan permanen pada jaringan otak. Jika ada kerusakan struktural, pasien umumnya memerlukan terapi intensif. Gunanya untuk mengembalikan fungsi bahasa. Namun dalam kasus ini, kemampuan linguistik sang remaja kembali. Tentunya dengan cepat dan sempurna. Serta membuktikan bahwa yang terjadi hanyalah disfungsi sementara. Namun bukan trauma otak permanen saja yang di alaminya.

Usai Operasi, Anak Belanda Mendadak Fasih Bahasa Luar Yang Mengejutkan

Selanjutnya juga masih membahas Usai Operasi, Anak Belanda Mendadak Fasih Bahasa Luar Yang Mengejutkan. Dan fakta lainnya adalah:

Awalnya Di Duga Mengalami Delirium Pasca-Anestesi

Hal ini tim medis sempat menduga ia mengalami delirium pasca-anestesi. Dugaan ini muncul karena perilaku pasien yang tidak biasa. Namun ia berbicara lancar dalam bahasa Inggris, bukan bahasa Belanda. Serta bahasa yang sehari-hari ia gunakan. Reaksi ini sangat tidak lazim untuk pasien yang baru saja melewati prosedur pembedahan sederhana di bagian lutut. Sehingga dokter berasumsi bahwa kondisi kebingungan sementara pasca-anestesi mungkin sedang terjadi. Delirium pasca-anestesi adalah kondisi umum yang dapat muncul setelah seseorang menjalani pembiusan total. Dalam keadaan ini, pasien biasanya menunjukkan tanda-tanda. Contohnya seperti kebingungan, disorientasi terhadap waktu dan tempat, perubahan perilaku. Bahkan kehilangan ingatan sementara. Fenomena ini di sebabkan oleh efek sementara dari obat anestesi pada sistem saraf pusat.

Serta yang dapat memengaruhi kesadaran dan fungsi kognitif seseorang. Tentunya dalam beberapa jam pertama setelah bangun dari operasi. Dalam kasus remaja ini, tanda-tanda awalnya tampak cocok dengan ciri delirium. Setelah sadar, ia tidak mengenali lingkungannya. Dan bahkan mengira dirinya berada di Amerika Serikat, bukan di Belanda. Selain itu, kemampuannya berbahasa Belanda tampak hilang total. Sementara ia hanya dapat berbicara dan memahami bahasa Inggris. Serta sesuatu yang menambah kebingungan bagi tim medis. Karena itu, staf rumah sakit awalnya menilai. Terlebihnya bahwa ini mungkin merupakan bentuk delirium ringan yang akan hilang dengan sendirinya seiring waktu. Namun, setelah beberapa jam berlalu, kondisi remaja tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Serta yang sesuai dengan delirium biasa. Biasanya, delirium pasca-anestesi berangsur membaik dalam waktu singkat. Tentunya tanpa mengubah kemampuan bahasa pasien.

Jadi itu dia beberapa fakta mengenai dapat bahasa asing terkait nasib remaja yang jadi perbincangan serta Kehilangan Belanda.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait