Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump
Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump

Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump

Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump
Zelensky Luncurkan Serangan Berani Ke Rusia: Persepsi Trump

Zelensky Luncurkan Serangan pada pekan pertama Juni 2025, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membuat langkah militer yang mengejutkan dunia internasional dengan meluncurkan serangan langsung ke wilayah perbatasan Rusia. Serangan ini di tujukan ke pangkalan militer strategis di Belgorod dan Kursk, yang selama ini menjadi titik logistik dan peluncuran rudal Rusia ke wilayah Ukraina. Langkah ini menjadi tonggak baru dalam eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari 2022.

Serangan tersebut di lakukan dengan dukungan drone tempur dan rudal jarak menengah buatan Barat, yang sebelumnya di pasok oleh negara-negara anggota NATO. Zelensky dalam pidatonya menyatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk “pertahanan ofensif” untuk menghentikan serangan yang terus-menerus di lancarkan Rusia ke wilayah timur dan selatan Ukraina. Dalam narasinya, serangan ini adalah reaksi sah terhadap agresi yang tak kunjung berhenti dari Moskow.

Respon dari dunia internasional pun beragam. Beberapa negara Eropa menyatakan dukungan moral terhadap langkah Zelensky, namun mengingatkan agar tidak melanggar batas-batas hukum internasional. Rusia, di sisi lain, menyebut serangan itu sebagai tindakan terorisme internasional dan mengancam akan membalas dengan “kapasitas penuh”. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran terjadinya eskalasi konflik menjadi perang terbuka antara NATO dan Rusia.

Pakar militer menilai bahwa keputusan Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia secara langsung menunjukkan perubahan signifikan dalam strategi mereka. Tidak lagi hanya bertahan, Ukraina kini menunjukkan kemauan untuk membawa perang ke luar batasnya. Hal ini dinilai sebagai sinyal kepada Rusia bahwa serangan yang di lakukan selama ini tidak akan di biarkan tanpa konsekuensi.

Zelensky Luncurkan Serangan dengan asyarakat Ukraina sendiri terbelah antara dukungan dan kekhawatiran. Sebagian besar mendukung langkah berani Zelensky karena merasa serangan balasan adalah satu-satunya cara untuk membuat Rusia menghentikan agresinya. Namun, ada juga yang khawatir bahwa tindakan ini bisa memicu serangan yang lebih besar dari Rusia dan memperpanjang konflik.

Reaksi Donald Trump Setelah Zelensky Luncurkan Serangan: Kritik Terhadap Strategi AS

Reaksi Donald Trump Setelah Zelensky Luncurkan Serangan: Kritik Terhadap Strategi AS turut angkat bicara mengenai tindakan militer terbaru Ukraina terhadap Rusia. Dalam wawancara eksklusif dengan salah satu jaringan televisi konservatif, Trump menyatakan bahwa serangan ini merupakan akibat langsung dari kebijakan luar negeri pemerintahan Joe Biden yang di anggapnya lemah dan tidak strategis. Ia menyebut bahwa di masa kepemimpinannya, konflik ini tidak akan pernah terjadi karena hubungan dekatnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump menyatakan bahwa tindakan Ukraina justru bisa menjadi bumerang karena memancing Rusia untuk meningkatkan intensitas serangan, bahkan mungkin mendorong Moskow menggunakan senjata taktis yang lebih mematikan. Ia menuding Biden telah membiarkan situasi keluar kendali dan mendukung “perang yang tidak bisa di menangkan.” Menurutnya, AS seharusnya menjadi penengah damai, bukan fasilitator eskalasi perang.

Dalam pidatonya kepada para pendukungnya di Ohio, Trump juga menyentil NATO yang di nilainya terlalu bernafsu mendukung Ukraina tanpa memikirkan implikasi jangka panjang. Ia mengatakan bahwa jika dirinya kembali terpilih dalam pemilu 2024, ia akan langsung menghentikan aliran bantuan militer dan memaksa kedua pihak untuk duduk di meja perundingan. “Tidak ada yang di untungkan dari perang panjang kecuali para pedagang senjata,” ujarnya.

Pernyataan Trump ini mendapat kritik tajam dari politisi Demokrat dan sebagian kalangan Republik moderat. Mereka menilai bahwa Trump gagal memahami bahwa Ukraina adalah korban agresi dan memiliki hak untuk membela diri. Di sisi lain, sebagian pendukung Trump menganggap bahwa pendekatan yang di usulkannya bisa membawa perdamaian lebih cepat di bandingkan strategi konfrontatif yang diterapkan saat ini.

Pengamat politik melihat komentar Trump sebagai bagian dari kampanye politik menjelang pemilu 2024. Dengan mengambil posisi berlawanan dari kebijakan Biden, Trump berharap bisa menarik simpati pemilih yang lelah dengan keterlibatan AS dalam konflik luar negeri. Namun, posisinya yang di nilai terlalu lunak terhadap Rusia tetap menjadi bahan perdebatan.

Dampak Geopolitik Dan Hubungan Internasional

Dampak Geopolitik Dan Hubungan Internasional menjadi babak baru dalam dinamika geopolitik global. Negara-negara Barat kini berada pada posisi sulit: di satu sisi mereka telah mendukung Ukraina secara militer dan moral, namun di sisi lain, serangan langsung ke Rusia bisa di anggap sebagai pelanggaran terhadap prinsip non-agresi yang selama ini di junjung tinggi oleh banyak negara Eropa.

NATO dalam pernyataannya menegaskan bahwa mereka tidak mendukung tindakan Ukraina menyerang wilayah Rusia, namun memahami alasan di balik langkah tersebut. Sekjen NATO Jens Stoltenberg menyatakan bahwa Rusia lah yang memulai konflik ini, dan Ukraina berhak untuk mempertahankan dirinya dengan segala cara yang di perlukan. Pernyataan ini menunjukkan posisi yang hati-hati: mendukung Ukraina tanpa terlibat langsung dalam aksi ofensif lintas batas.

China dan India, dua negara besar yang memiliki pengaruh global, menyerukan agar kedua belah pihak segera menahan diri dan kembali ke meja perundingan. Keduanya khawatir bahwa eskalasi ini bisa mengganggu stabilitas kawasan dan memengaruhi perekonomian global. Negara-negara Timur Tengah dan Amerika Latin pun memberikan respons serupa, yakni mendesak penyelesaian damai dan mengecam potensi penggunaan kekuatan berlebihan.

PBB menggelar sidang darurat untuk membahas situasi ini. Sebagian anggota Dewan Keamanan mendukung Ukraina, namun Rusia sebagai anggota tetap memveto resolusi yang mengecam tindakannya. Ketegangan diplomatik pun meningkat, dan hubungan antara Barat dan Rusia kembali memburuk setelah sempat menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Serangan ini juga mempengaruhi pasar global. Harga minyak dan gas melonjak karena kekhawatiran gangguan pasokan dari Rusia. Bursa saham di Eropa dan Amerika sempat mengalami koreksi, sementara nilai tukar rubel anjlok. Keadaan ini menunjukkan betapa rentannya stabilitas ekonomi global terhadap konflik bersenjata di kawasan Eropa Timur.

Respons Masyarakat Dan Prospek Ke Depan

Respons Masyarakat Dan Prospek Ke Depan mendapat sambutan yang sangat beragam. Media-media pro-pemerintah menggambarkan serangan ini sebagai kemenangan moral dan bukti bahwa Ukraina tidak lagi pasif dalam menghadapi invasi. Sementara itu, kelompok oposisi dan beberapa aktivis HAM mengingatkan pemerintah agar tidak terjebak dalam logika balas dendam yang bisa memperburuk krisis kemanusiaan.

Warga sipil di wilayah-wilayah perbatasan kini hidup dalam ketegangan tinggi, mengantisipasi kemungkinan serangan balik dari Rusia yang bisa lebih dahsyat. Pemerintah Ukraina meningkatkan status siaga militer dan menyarankan evakuasi sukarela di beberapa kota strategis. Banyak warga yang mendukung langkah ini karena merasa sudah terlalu lama menjadi korban serangan tanpa ada balasan.

Sementara itu, di Rusia sendiri, opini publik pun terbelah. Beberapa kelompok nasionalis menuntut balasan keras terhadap Ukraina, sementara sebagian warga di kota-kota besar. Mulai mempertanyakan kenapa perang ini belum juga berakhir dan justru semakin meluas. Media pemerintah Rusia terus menggaungkan narasi bahwa negara mereka adalah korban provokasi Barat.

Prospek ke depan masih belum jelas. Banyak pengamat menilai bahwa konflik ini tidak akan segera berakhir dan justru bisa menjadi konflik beku yang berlangsung bertahun-tahun. Upaya diplomasi yang digagas oleh beberapa negara netral seperti Turki dan Brasil masih menemui jalan buntu karena kedua belah pihak masih yakin bisa menang di medan perang.

Zelensky menyatakan bahwa Ukraina tidak akan mundur sampai seluruh wilayahnya di kembalikan, termasuk Krimea. Sementara Putin bersumpah tidak akan membiarkan serangan terhadap wilayah Rusia tidak dibalas. Di tengah ancaman senjata canggih dan tekanan politik internasional, dunia kini hanya bisa berharap. Agar para pemimpin dunia memilih jalur diplomasi sebelum konflik ini berubah menjadi perang yang jauh lebih luas dan destruktif.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait