
DIGITAL

Kebakaran Lahan Gambut Seluas 1 Hektare Di Palangka Raya
Kebakaran Lahan Gambut Seluas 1 Hektare Di Palangka Raya

Kebakaran Lahan Gambut Seluas Hampir 1 Hektare Terjadi Di Kel. Bukit Tunggal, Kec. Jekan Raya, Palangka Raya, Kalteng, Pada Sabtu siang (7/6). Meski terkendala akses jalan masuk ke lokasi, tim penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Dalkarhutla) Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah berhasil memadamkan api lebih dari satu jam setelah kejadian.
Kebakaran Lahan Gambut terpantau pertama kali melalui pemantauan udara menggunakan drone. “Titik api pertama kali di ketahui saat tim melakukan pantauan drone dari udara,” ujar Velintino Reksi, anggota tim Dalkarhutla di lapangan, mewakili Koordinator Posko Dalkarhutla Dishut Kalteng, Elisabet.
Setelah titik api terdeteksi, tim darat segera di kerahkan menggunakan kendaraan roda empat menuju lokasi. Namun, akses jalan yang sulit di jangkau membuat proses pemadaman menjadi tantangan tersendiri. “Kami terpaksa membuka jalan dan menggotong peralatan sejauh 200 meter agar bisa menjangkau lokasi,” jelas Velintino.
Untuk memadamkan api, tim menggunakan air dari parit terdekat yang masih tersedia. Langkah cepat ini mencegah kebakaran meluas ke area yang lebih besar. Hingga saat ini, penyebab kebakaran lahan masih belum diketahui secara pasti. Namun, diduga ada unsur kesengajaan. “Diduga ada pihak yang tidak bertanggung jawab membuka lahan dengan cara di bakar,” kata Velintino.
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan, terutama pada musim kemarau. Selain berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, kebakaran juga dapat mengganggu kesehatan masyarakat akibat asap yang di timbulkan.
“Kami mengingatkan masyarakat untuk tidak membakar lahan sembarangan, terutama saat cuaca panas atau musim kemarau,” tegas Velintino, menyampaikan pesan dari pihak Dishut Kalteng.
Dampak Kebakaran Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan Masyarakat
Dampak Kebakaran Terhadap Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat bukanlah hal yang bisa di anggap sepele. Terlebih ketika insiden terjadi di kawasan padat aktivitas dan sensitif terhadap perubahan kualitas udara. Asap pekat yang muncul akibat pembakaran vegetasi melepaskan zat berbahaya seperti karbon monoksida dan karbon dioksida. Selain itu, partikel-partikel halus yang di hasilkan sangat mudah masuk ke dalam saluran pernapasan.
Paparan berulang terhadap udara yang tercemar dapat memicu gangguan kesehatan akut maupun kronis. Beberapa di antaranya adalah asma, infeksi saluran pernapasan atas, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Dampak ini tidak hanya mengganggu individu dengan riwayat penyakit, tetapi juga memengaruhi kelompok rentan. Selain itu, aktivitas harian warga pun terganggu karena asap menurunkan jarak pandang. Risiko kecelakaan di jalan raya meningkat, terutama saat pagi hari atau malam dengan kabut asap tebal.
Selain aspek kesehatan, kerusakan lingkungan yang di timbulkan juga cukup besar. Permukaan tanah yang terbuka akibat pembakaran mengalami penurunan kesuburan secara drastis karena hilangnya unsur hara penting. Pelepasan gas rumah kaca turut memperparah laju pemanasan global, yang dalam jangka panjang dapat memicu fenomena iklim ekstrem dan kerusakan ekosistem alami. Habitat satwa liar ikut rusak, menyebabkan migrasi paksa atau bahkan kematian bagi spesies yang tak mampu beradaptasi.
Dampak kebakaran lahan terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat makin terasa apabila terjadi berulang dan tidak di tangani serius. Polusi udara dari kebakaran ini kerap menyelimuti wilayah sekitarnya dalam waktu lama, menurunkan produktivitas, mengganggu aktivitas ekonomi, serta memperbesar beban fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, edukasi publik, pengawasan ketat, dan penegakan hukum harus di lakukan secara konsisten guna mencegah praktik pembakaran yang merugikan. Peran serta semua pihak, baik pemerintah maupun warga, sangat di perlukan agar tragedi lingkungan seperti ini tidak terus berulang dan merugikan masa depan generasi berikutnya.
Strategi Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran Lahan Gambut Oleh Pemerintah Daerah
Strategi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Lahan Gambut oleh Pemerintah Daerah, khususnya Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah, terus meningkatkan upaya dalam strategi pencegahan dan penanggulangan kebakaran lahan gambut secara menyeluruh. Salah satu strategi utama yang di terapkan adalah pembentukan dan penguatan Tim Patroli Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Dalkarhutla) yang aktif memantau wilayah rawan melalui patroli darat dan udara. Tim ini di bekali teknologi drone, citra satelit, serta sistem peringatan dini berbasis data cuaca dan kelembaban tanah untuk mendeteksi potensi kebakaran sejak dini.
Sebagai langkah preventif, pemerintah juga mengintensifkan sosialisasi kepada warga, terutama petani dan pemilik lahan, mengenai bahaya serta dampak jangka panjang dari pembakaran. Edukasi di berikan melalui lokakarya, penyuluhan lapangan, dan pelatihan teknis tentang cara bertani tanpa membakar. Selain edukasi, pemerintah memberikan insentif bagi pelaku usaha tani yang mengadopsi metode pertanian ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan teknik konservasi tanah.
Di sisi penegakan hukum, koordinasi dengan aparat penegak hukum di perkuat agar pelaku pembakaran lahan ilegal di tindak secara tegas. Pemerintah memastikan setiap laporan masyarakat di tindaklanjuti, serta meningkatkan kehadiran posko siaga terpadu di titik-titik rawan kebakaran. Kolaborasi antara BPBD, TNI, Polri, dan kelompok masyarakat peduli api terus di perluas, guna mempercepat respon saat terjadi insiden.
Tak hanya itu, pengadaan peralatan pemadam kebakaran seperti pompa air, selang, dan drone pemantau juga terus di upayakan. Pembangunan sekat kanal dan sumur bor di kawasan gambut di maksudkan untuk menjaga kelembaban tanah agar tidak mudah terbakar. Dengan strategi komprehensif ini, pemerintah daerah berharap dapat menekan angka kebakaran secara signifikan dan melindungi lingkungan secara berkelanjutan.
Peran Aktif Masyarakat Dalam Mencegah Kebakaran Lahan
Peran Aktif Masyarakat Dalam Mencegah Kebakaran Lahan menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan insiden kebakaran di wilayah rawan. Tanpa keterlibatan warga, strategi dan regulasi dari pemerintah tidak akan berjalan optimal di lapangan. Kesadaran kolektif terhadap pentingnya menjaga lingkungan perlu di tanamkan sejak dini. Edukasi ini dapat di lakukan melalui penyuluhan, program sekolah, dan media lokal yang menjangkau hingga ke desa-desa terpencil.
Langkah sederhana seperti tidak membakar semak untuk membuka lahan bisa memberikan dampak besar jika di lakukan secara konsisten. Masyarakat juga perlu segera melapor jika menemukan asap atau api di sekitar area terbuka. Respons cepat dari warga memungkinkan pemadaman di lakukan sebelum api meluas dan sulit di kendalikan.
Selain itu, pembentukan kelompok masyarakat siaga api terbukti efektif di beberapa wilayah. Kelompok ini biasanya terdiri dari warga lokal yang di latih untuk mengenali titik rawan dan cara pemadaman awal. Mereka juga berperan dalam menyampaikan informasi kepada petugas terkait serta mengajak warga lain untuk ikut berperan aktif.
Pelatihan teknik pertanian tanpa bakar menjadi elemen penting dalam pengurangan risiko kebakaran. Dengan metode pertanian berkelanjutan, petani tetap bisa bercocok tanam tanpa harus merusak lingkungan. Bantuan dari pemerintah maupun LSM berupa alat, bibit, dan insentif sangat membantu mendorong perubahan kebiasaan tersebut.
Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga alam sekitarnya mencerminkan kepedulian jangka panjang terhadap generasi mendatang. Saat warga menjadi garda terdepan, maka risiko kebakaran dapat di tekan secara signifikan. Sinergi antara pemerintah, lembaga sosial, dan warga lokal adalah fondasi utama dalam menekan potensi Kebakaran Lahan Gambut.